Rabu, 21 September 2016

Peningkatan Mutu Pendidikan pada SMK Negeri 6 Ende- NTT melalu bidang pertanian



Sidang Jessica, hakim minta ahli toksikologi dari Australia jujur

Merdeka.com - Hakim anggota Binsar Gultom mempertanyakan latarbelakang ahli toksikologi forensik Australia Michael David Robertson yang dihadirkan kubu terdakwa Jessica. Sebab Jaksa Penuntut Umum (JPU) mempertanyakan Michael dengan kasus berjuluk 'American Beauty' yang sempat jadi perbincangan di Amerika pada tahun 2000.

"Saya minta ahli jujur, terkait informasi dari jaksa," tanya Hakim Binsar saat persidangan di ruang sidang Koesoemah Atmadja 1 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (21/9).

Hakim Binsar mengatakan, hanya orang-orang baik yang bisa bersaksi di pengadilan. Karena itu dia meminta agar Michael menjawab pertanyaan yang bersifat personal itu.

"Yang bisa bersaksi di persidangan adalah orang yang baik," ucap Binsar lagi.

Mendapatkan pertanyaan itu, Michael sempat terdiam. Kemudian dia pun menyatakan tak ingin membahas permasalahan pribadi

"Saya tidak mau berkomentar soal masalah pribadi," ucap Michael menjawab.

Kemudian Binsar pun berhenti menanyakan pertanyaan itu dan segera masuk pokok persidangan.

KAK SETO : GURU JANGAN MEMBENTAK DAN MENINGGIKAN SUARA BAHKAN MARAH-MARAH KEPADA SISWA

Kuambil.com - Assalamualaikum wr wb,,,,,,,,,,,,, Selamat malam rekan-rekan guru semua yang berada diseluruh Indonesia, malam ini kuambil.com akan membagikan informasi mengenai,,,,,,,,,,,

Guru yang keren itu adalah guru yang memahami psikologi anak didik atau siswanya. Itu dikemukanan pakar pendidikan anak Seto Mulyadi ketika menjadi pembicara dalam Seminar "Peran Profesionalisme Guru dalam Menjawab Pendidikan Menuju Generasi Emas" di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (24/5).



"Guru yang diimpikan siswanya itu adalah guru yang memperhatikan dan mengerti dunia anak-anak yang dididik, bahkan paham akan psikologi siswanya. Itulah sosok guru yang sukses, profesional dan keren," kata Kak Seto.

Menurut dia, dunia anak adalah dunia bermain. Sebab itu cara mendidik anak haruslah dengan cara bermain. Bukan dengan cara kekerasan seperti membentak atau meninggikan suara, bahkan marah-marah kepada siswa.

Dalam kaitan ini, Kak Seto menjelaskan lima ciri utama mendidik anak dengan cara bermain. Pertama, bermain didorong oleh motivasi dari diri sendiri, sehingga apa akan dilakukan anak memang betul-betul memuaskan dirinya, bukan karena iming-iming hadiah atau karena diperintah orang lain.

Kedua, lanjut Kak Seto, bermain dipilih secara benar sesuai keinginan anak. Ketiga, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan. Keempat, bermain tidak selalu harus menggambarkan hal yang sebenarnya, dan kelima, bermain senantiasa melibatkan peran serta aktif anak, baik secara fisik, psikologis maupun keduanya sekaligus.

Oleh karena itu, untuk bisa mendidik anak dengan bermain, seorang guru harus juga menjadi seorang pendongeng, penyanyi, bahkan pesulap.

"Mereka bukanlah orang dewasa ukuran mini, dunia mereka adalah dunia bermain. Anak, selain bertumbuh secara fisik ia juga berkembang secara psikologis, ia kreatif dan suka meniru," paparnya.

Selain memahami psikologi anak yang suka


bermain, Kak Seto juga menekankan pentingnya melatih dan mengembangkan kemampuan anak.

"Sebagai seorang pendidik yang baik pun, kita juga perlu serius melatih dan mengembangkan berbagai kemampuan seperti sikap rendah hati, ramah, sopan santun, kedisiplinan, juga kemampuan berbicara secara jelas, tegas, lancar, menarik, menyanyi, bergerak lincah dan gesit, serta yang paling penting adalah kreatif," urainya.

Menyinggung maraknya kekerasan terhadap anak yang terjadi belakangan ini, Kak Seto mengatakan fenomena tersebut tak bisa dilepaskan dari didikan guru dan orang tua pada anak saat kecil.  Contohnya, stereotipe anak nakal yang identik dengan dijewer ibunya, dibentak bapaknya, dan dihukum gurunya.

Sementara itu, Rektor UMM, Fauzan, dalam sambutannya mengatakan kehadiran Kak Seto merupakan representasi tetesan embun di tengah dahaga masyarakat.

Baginya, saat ini perkembangan psikologi pendidikan mengalami sakit agak parah karena faktor lingkungan.
Karenanya kehadiran Kak Seto yang di masa lalu populer dengan yang disukai anak-anak, yaitu Si Komo bisa menjadi pencerahan bagi mahasiswa FKIP UMM.

Menurut Fauzan, peran guru tidak hanya di sekolah. Guru adalah perwakilan Tuhan dalam menegakkan norma-norma di masyarakat. "Dulu, guru itu priyayi. Guru memiliki strata sosial ekslusif, sederhana tapi memiliki kualitas yang tinggi," ucapnya.

Fauzan juga menekankan pengaruh guru yang begitu besar dalam menentukan nilai-nilai di masyarakat. Indonesia menjadi negara konsumtif karena guru yang selalu memberi contoh pada para siswa dengan kata membeli, bukannya membuat.

"Yang sering jadi contoh dari guru yaitu `Ibu membeli sayur,` 'Adik membeli sepatu'. Harusnya ada revolusi, diganti dengan kata-kata semisal `Ayah membuat pabrik' agar secara psikologis terasa lebih gagah," ujar Fauzan.

Untuk info terbaru lainnya, bisa kunjungi laman  DISINI

Demikian info yang dapat kuambil.com berikan, semoga ada manfaatnya untuk kita semua,,,,,,,,,,,,

MATERI ‘FULL DAY SCHOOL’ AKAN DISESUAIKAN DENGAN CARA KERJA OTAK ANAK DIDIK

Kuambil.com - Assalamualaikum wr wb,,,,,,,,,,,, Selamat malam rekan-rekan guru semua dan salam sejahtera untuk kita semua, malam ini kuambil.com akan membagikan informasi mengenai,,,,,,,,,

Wacana ‘full day school’ (FDS) memang menimbulkan berbagai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Meski begitu rencana penerapan FDS tetap dilakukan. Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bidang Pembangunan Karakter, Arie Budhiman menjelaskan, implementasi sistem sekolah sepanjang hari atau full day school (FDS) masih dalam tahap persiapan.

Hasil gambar untuk muhadjir effendy

Full Day School, kata dia, salah satu item konsep penguatan pendidikan karakter yang saat ini dalam tahap pengkajian kebijakan.

‘’Termasuk di dalamnya kegiatan konsultasi publik, menghimpun praktik baik sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan full day school dan menentukan kriteria sekolah-sekolah yang akan menjadi piloting (menerapkan sistem itu),’’ kata Arie, Senin 19 September 2016.

Dia mengatakan, full day school akan dilaksanakan secara bertahap. Pelaksanaanya akan memperhatikan keberagaman sekolah-sekolah yang meliputi aspek keterwakilan wilayah (kota, pinggiran, desa), aspek insiatif sekolah dan daerah, sekolah pelaksana kurikulum 2013, aspek akreditasi dan aspek sekolah negeri dan swasta.

Menurut Arie, kajian mengenai kesiapan guru dan sarana prasarana sekolah juga terus dibahas. Terutama penyusunan modul pelatihan untuk kepala sekolah dan guru juga sedang disiapkan.

Intinya, kata Arie, pendidikan karakter sudah dikembangkan sejak 2010. Dengan demikian, lanjut dia, para kepala sekolah dan guru sudah banyak yang memperoleh pelatihan dan memahami pendidikan karakter itu.

‘’Pada saat ini pendidikan karakter tersebut akan diperkuat implementasinya dengan mengintegrasikan kurikulum melalui dukungan sekolah, orangtua dan masyarakat sebagai
bagian dari ekosistem pendidikan,’’ katanya.

Direktur Pusat Neurosains Universitas Prof DR Hamka (Uhamka) Rizki Edmi Edison berpendapat, terpenting dari full day school adalah materi yang akan disisipkan harus memahami cara kerja otak anak didik.

Menurut dia, kegiatan pendidikan karakter bagi anak jangan sampai membuat anak letih. Sebaliknya, sambung dia, bisa meningkatkan fungsi otak siswa agar memahami materi yang disampaikan guru.

‘’Bagaimana caranya kita mengetahui kapan murid akan mengalami keletihan otak dan bagaimana caranya untuk meningkatkan fungsi kritis untuk mengingat yang dimiliki si murid. Itu yang harus kita teliti terlebih dulu. Setelah itu diterapkan dan diketahui baru kita perdalam kebijakan full day school seperti apa,’’ terangnya.

Rizki menyampaikan, kebanyakan guru memberi pengajaran kepada muridnya tanpa memahami seperti apa cara kerja otak manusia itu.

Dia mencontohkan, misalnya waktu belajar di sekolah itu 50 menit. Jika selama itu guruhanya berbicara tanpa henti di depan kelas maka siswa tidak akan bisa memahami materi yang disampaikan.

“Berdasarkan penelitian kemampuan otak manusia untuk memahami materi yang disampaikan itu hanya dalam 20 menit pertama,” ungkapnya.

Rizky mengaku telah membawa hasil penelitiannya kepada Kemendikbud dan mendapat sambutan baik. Dia pun berharap, ada perbaikan pola mengajar guru di Indonesia. Sebab guru sebagai tonggak utama pendidikan harus memahami seperti apa cara kerja otak siswa.